Minggu, 05 Juni 2011

cerpen tentang cinta


Rasa itu ada
Yayuk Sulistiyani



Aku mengenalnya lebih dari enam bulan belakangan ini. Awalnya aku merasa sangat biasa saja, bahkan aku mengira aldo adalah orang yang sangat menyebalkan.

“ngapain sih lo ngeliatin gue gitu.?”

What.? Dasar kepedean abis tuh orang, memang pada saat itu aku sedang melamun entah pandanganku menuju kemana. Seketika ku sadar dan menyangkal perkataannya,

“eh.. jangan geer deh lo, rese.!”

Aku terburu-buru untuk meninggalkan kelas yang disana hanya ada beberapa orang saja.

“tera..”

Aku mengenal suara itu, yang tak lain adalah sahabatku, vida, sahabat yang selalu berbagi cerita denganku. Siang ini kami berniat untuk mengisi perut lapar yang sudah kami tahan sejak mata kuliah bu arrum. Soto padang adalah makanan favorit kami berdua.
Kenapa mahluk satu ini selalu saja muncul disaat kesenangan datang, aku sedikit tak selera makan, yang tak lain adalah aldo.! Huft..

“ra, makan dong.. sebentar lagi kan ada kelas..”

“iya , tuh lo liat tuh.” Aku sedikit memonyongkan bibir untuk menunjuk kearah aldo duduk.

“ooh..aldo.? ganteng sih ra, tp sayangnya so jutek. hehehe”

“Hahaha..” mendengar perkataan vida aku tertawa, apa iya ganteng.?

Tapi kini semua berubah, aku mengakuinya, bahwa ia memang ganteng. Semakin hari, kekesalanku terhadap aldo semakin berkurang. Dia sedikit merubah sikapnya untuk lebih ramah terhadap orang disekitarnya. Pernah sesekali aku ditegurnya, dan kini kami semakin dekat.
Aldo tengah memberi perhatian lebih kepadaku. Aku merasa sangat beruntung, ternyata aldo yang aku kenal adalah orang yang penuh dengan kepedulian, dia baik, care dan selalu bisa membuat aku merasa melambung tinggi (kegeeran :D)…

Sejak itu aku mulai mengagumi aldo, sangat, sangat mengaguminya, dan mulai menyukainya, sampai-sampai aku begitu menggilainya.

“lo serius suka sama aldo.?” Begitu Tanya vida terhadapku dengan raut wajah yang tak yakin.

“iya, suka, eh, nggak kok, tapi.. ya gitu deh.” Aku tersenyum.
         
Sebenarnya aku sendiri pun tak yakin dengan rasa itu. Walaupun aldo perhatikan aku melebihi dari yang lain, tetapi memberi sikap yang sama kesemua wanita. Itu yang membuatku menjadi ragu atas perasaanku.

“jangan terlalu mendalam ya, sebelum lo tau apa aldo juga punya rasa buat lo. Gue gak mau ngeliat lo jatuh sakit karna cinta.”

Setiap kali vida selalu menasehatiku, dia tak yakin dengan keseriusan aldo untuk memberikan perhatian itu kepadaku. Aku juga tak mau terlalu berharap lebih. Bisa saja karna aku terlalu percaya diri. Sepertinya aldo sedikit menjauh dariku.
Entah apa sebabnya, namun aku merasa ada sedikit yang berbeda dengannya.
Apa mungkin aldo sedang dekat dengan wanita lain.? fikirku.

Siang itu, suasana kantin kampus sangat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang sibuk dengan laptopnya. Aku dan vida memilih untuk tidak ikut mata kuliah bu susan. Kami hanya menghabiskan waktu untuk sekedar minum dikantin.

“ ra, sebenernya gue mau bilang sesuatu ke lo.”

Vida membuat susanana menjadi tegang dengan keseriusan wajahnya.

“apaan.?” Aku menjawab dengan santai sambil mengangkat kedua alis mataku.

“ ranis suka sama aldo.!”

Mendengar penjelasan dari vida aku sedikit melemas. Harapanku sedikit pupus, Tiba-tiba datang seorang teman kami, dina, cewe super sibuk yang jarang banget masuk kelas. Ckckck

“asik, ada temen buat curhat.” Sapanya kepada kami.

Kami tersenyum, dan mempersilahkan duduk untuk bergabung bersama kami.

“dasar, cewe edan, hari gini baru nampak, kemana aja lo.?” Sapaku dengan sedikit menjewer rambutnya.

“wah santai aja, hahaha.. eh, aldo masuk gak.? Tanyanya serius.

Aku dan vida bermain mata, untuk memastikan dina tidak mendengar pembicaraan kami tadi tentang aldo.

“kenapa lo nanyain aldo.?” Tanya vida dengan sedikit heran.

“iya tumben banget din..” aku sedikit menambahkan.

“kalian kok heran gitu.? ya gue mau tau dia masuk atau nggak, kemarin habis jalan sama gue, kali aja kecapekan..” jawabnya dengan santai sambil memainkan BB nya itu.

Aku dan vida tercengang, tak yakin dengan perkataan dina barusan. Hatiku makin melemas. Tentu saja aku merasa jelous. Sabar.. sabar..

“lo suka din sama aldo.?” Vida mencoba untuk ingin tahu lebih dalam.

“iyalah.. gue suka banget, maka nya gue seneng banget hari ini. hehehe”
Dina mengeluarkan senyum yang paliiiiing maniiiiiissss..

Ohh tidaaaaaakkk, hatiku tambah melemas, berharap vida berhenti untuk bertanya.
Hentikan vid, hentikan…!!!

Semuanya semakin jelas, bahwa seorang aldo memang banyak disukai oleh wanita.
Harapanku semakin pupus. Tapi mengapa hati ini terus berusaha untuk ingin tau apakah aku ada di hatinya walaupun sedikit saja.

Aku berusaha untuk melupakan aldo sejak kini, tak kuasa jika aku bertemu dengannya.
Setiap kali dia menyapa, aku berusaha memberikan senyum yang paling indah.
Andai saja dia tahu, bahwa aku begitu menginginkannya.

Genap dua puluh hari, aku benar-benar tidak bisa untuk melupakannya. Aku selalu membalas sms singkat darinya, tapi aku tak tau apa aku bisa terus bertahan dengan keadaan yang seperti ini. Aku berniat untuk mencari tahu, siapa diantara ranis dan dina yang tulus menyayangi aldo.

Siang itu, aku temui keduanya dan aku berusaha untuk mendengar curahan hati mereka. Sampai aku dapat menyimpulkan bahwa ranis betul-betul menyukai aldo dan serius atas perasaannya, kalau dibandingkan dengan dina, dia hanya mencari popularitas sesaat. Ranis mulai terpesona sejak pertama kali bertemu dengan aldo. Sampai saat ini pun, ranis masih menyimpan rasa itu yang sangat dalam, dan berharap dirinya juga dapat memiliki aldo. Ternyata ranis lebih dulu mengenal aldo. Semangatku semakin rapuh.

Aku termenung untuk memikirkan segala sesuatunya. Baru kali ini aku merasakan jatuh cinta yang begitu mendalam, dapat dibilang menyiksa diri sendiri. Selalu berkorban untuk mendapatkan suatu hal yang konyol. Aku segera mengambil keputusan, entah apa yang aku ambil ini jalan terbaik atau bukan, tapi aku hanya ingin melihat aldo bahagia. Semakin hari, kedekatan aldo dan ranis tampak terlihat.
aku membantu ranis untuk bisa dekat dengan aldo. Ada bau bahagia diantara keduanya, sungguh menyiksa batin ku.

“ra.. gila lo ya.? Lo yang ngecomblangin aldo sama ranis kan, meskipun itu secara diem-diem.?”

Tegur vida yang saat itu membuyarkan lamunanku.

“kalau iya, terus kenapa.? Vid, ranis teman kita. Ranis lebih dulu mengenal aldo, dia lebih dulu menyimpan rasa buat aldo, egois dong gue kalau ternyata gue juga pengen banget milikin aldo, walaupun sebenernya memang iya..”  
jawabku dengan mata yang berkaca-kaca.

“tera sayang, percuma dong usaha lo selama ini, kalau lo sendiri gak pernah dapetin itu.!”

Vida yang mencoba untuk menatapku dengan sayangnya..

Air mataku kini mulai terlihat, aku menangis mencari ketenangan dan aku bersandar dibahu yang selalu ada untukku. Tak lama dari itu..

“ tera..”

Suara merendah dari seorang aldo, aku pun terburu-buru untuk mengusap mata dan coba bangun dari pelukan vida.

Aku terenyum, dan lekas menjawab sapaan itu..

“ada apa do.? Ngapain disini.?”

“kamu kenapa ra.? Habis nangis ya.?” Tanyanya sedikit khawatir.

“aku gak kenapa-napa kok.. hmmp, biasa pacar baru bikin masalah.. hehe”
Aku mencoba mencari alasan, meskipun alasan itu bohong.

“kamu udah punya pacar ra.?” Tanya aldo tak yakin.

“iya do, aku baru aja jadian empat hari yang lalu.” Aku tersenyum berusaha untuk meyakinkan aldo.

“ohh.. gitu.. oke deh, selamat ya ra.!” Aldo mengulurkan tangannya untuk menunjukkan rasa ikut senangnya.

Setelah itu, aku dan vida cepat-cepat untuk pergi dari hadapan aldo.
Dan lagi-lagi aku menangis, terus menangis. Menyesal untuk mengucapkan alasan itu. Bagaimanapun juga itu demi kebaikanku. Nyatanya aldopun tak peduli denganku, dia tidak berusaha untuk ingin tahu tentangku.

Semua berjalan seperti biasa, pergi ke kampus, bertemu dengan vida, makan bareng, mengerjakan tugas bareng, dan segalanya hanya biasa biasa saja.
Aku sudah tak memperdulikan aldo. Aku akan bersikap acuh untuk dapat bisa melupakannya.

“waah.. ada yang baru jadian nih. Cieeee..”

Sorak meriah terdengar dari dalam kelasku, aku segera mengambil langkah untuk cepat masuk agar tau apa yang sedang terjadi.
Belum sempat aku melewati pintu kelas, tiba-tiba saja vida menarik tanganku dengan cepat dan membawaku berlari sampai ke aula biasa kami bersinggah.

“aduuuh, sakit.!, kenapa sih lo.?”
Tanyaku agak sedikit kesal sambil merintih kesakitan.

“ra, meskipun lo mencoba buat ngelupain aldo dan berusaha gak peduli lagi, tapi gue yakin ini berat banget buat lo..!” Vida menggenggam tangan ku

Aku tau jawaban apa yang akan aku dengar, aku memeluk vida dengan erat..
Melepaskan kekesalan, menunda perih, dan hati ini lagi-lagi merintih sakit.
Mungkin ini memang jalannya, mau tidak mau harus aku terima, karna aku yang memulainya. Aku segera pulang untuk menenangkan diri.

Tok..tok..tok..
Ada yang mengetuk pintu kamarku, segera ku usap air mata di pipiku.

“ra.. mamah boleh masuk.?”

“masuk aja mah.” Dengan suara terisak.

“kenapa.? Kok anak mamah jadi cengeng begini.? Aldo.?” Tanya mamah sambil mengelus rambutku.

“tera coba buat ngelepasin aldo mah.”

“bagus dong, anak mamah kan gak boleh egois. Sabar ya sayang, mengalah bukan berarti kalah.”

Aku begitu merasa tenang setelah mendengar nasihat dari mamah. Setelah kami berbincang banyak, mamah mengeluh tentang nenek yang kondisinya sangat prihatin. Selepas kepergian kakek, nenek selalu saja mengeluh kesepian. Nenek selalu merindukan aku untuk berada didekatnya, katanya sih aku cucu kesayangannya.

Aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek di jogja. Papah dan mamah setuju atas keputusanku. Minggu ini papah berusaha untuk mengurus kepindahanku dari kampus.


Vida sudah ku beri tahu sejak malam itu, yaah walaupun sangat sedih untuk kami berpisah, tapi kami janji tidak akan memutuskan persahabatan kami.
Kami akan mengusahakan untuk bertemu walau hanya sekali dalam satu bulan.

Setelah usai pelajaran, aku bergegas pulang untuk mempersiapkan keberangkatanku besok. Hari ini aku tidak melihat vida. Tapi vida berjanji untuk menemuiku sore nanti dirumah.

Sudah satu jam lebih aku menunggu kedatangan vida, tak ada kabar darinya.
Aku mulai cemas, berkali kali aku telpon tidak ada jawaban.
Aku mencoba dan terus mencoba..

Nuuuutt…nuuutt..nuuuutt

Angkat dong vid.. (mengeluh dalam hati)

“hallo ra..”

“aduh vid, lo dmn sih.? Jangan bikin orang nunggu deh.!” Jawabku dengan kesal..

“sorry, sorry banget.., malem ini gue gak bisa ke rumah lo. Nyokap maag nya kambuh ra, sekarang gue otw ke rumah sakit..! ngertiin gue ya sayang..”

Suara vida mampu meyakinkan aku. Aku berusaha menerima keadaan, aku juga meminta vida untuk datang besok sebagai gantinya.
Sore ini vida benar-benar datang menemuiku. Dia membantuku untuk mengkemas barang bawaanku, dan memandangku sesaat..

“kenapa cantik.? Kok ngeliatin gue gitu.?”

“hari ini adalah hari yang paling berkesan buat lo ra.!” Jawab vida dengan tersenyum..

“maksudnya,?” tanyaku dengan rasa penasaran.

Tapi vida hanya memberikan senyuman yang gak ada bagus-bagusnya. Hahaha….

“tera.. keluar nak, ada aldo.!” Suara mamah dari luar kamar.

Hah.. aldo.? Gak mungkin.. apa iya.? Aku cepat cepat memakai sandal dan berlari keluar kamar untuk segera menemuinya.

Sosok itu benar aldo, aku tak percaya. Aku melamun sejenak, dan seketika sadar, aldo yang sudah didepanku menatapku dengan tersenyum.

“aldo.?” Sapaku diiringi tawa kecil..

“kok kamu jahat sih ra, mau pindah gak kasih kabar ke aku.”

“apa penting buat kamu.?, kamu udah punya ranis do, kamu sibuk, kamu…”

Aku terdiam sesaat, dan segera berfikir untuk tidak berkata yang macam-macam. Aku hanya tidak ingin mengingat lagi.

“apa ra.? Apaaa.?” Tanya nya lagi dengan memaksa,

“udahlah, lupain aja.., sebentar lagi aku berangkat..
Seneng banget bisa kenal sama kamu. Makasih ya, atas kebaikan kamu selama ini.”

Mataku mulai berkaca-kaca.. dan aku tak sanggup untuk menahannya.

“jangan nangis ra.. aku udah tau semua, dan ini cuma salah paham dan keterlambatan yang membuat semua jadi kayak gini.. maafin aku ya ra”.

Aku menangis, aku tak tau pasti maksud dari perkataannya. Aldo menggengam tanganku sebagai perpisahan kami, aldo juga memberiku bingkisan. Dan aku siap untuk berangkat.

Berpelukan dengan papah dan mamah, berpelukan dengan sahabatku vida, dan…. Akhirnya aku berpelukan dengan aldo yang sangat ku cintai..
Semua memandangku melepas kepergianku dengan sedih bercampur senang.

Sungguh tidak kuasa untuk melepas segalanya, tujuan aku tinggal bersama nenek adalah untuk melupakan aldo. Selepas perjalanan panjang aku hanya berdua dengan mang didi yang mengantarku sampai rumah nenek, papah dan mamah tidak bisa menemani karna besok harus tetap bekerja. Aku baru ingat, aldo memberikan aku sebuah bingkisan kecil. Aku segera membukanya, dan aku temui secarik surat..


Dear tera,

Aku gak akan pernah tau isi hati kamu sebenernya buat aku, kalau bukan vida yang kasih tau ini semua.

Kamu konyol ra..
Waktu kamu bilang, kamu punya pacar aku ngerasa kecewa banget.
Padahal siang itu aku baru mau nyatain perasaan aku.
Aku sayang kamu..
Tapi, setelah aku fikir,
Kamu gak ada sedikitpun rasa buat aku, akhirnya aku memutuskan untuk menerima cintanya ranis..
Itu semua karna kamu, sekarang semua sudah terlambat.
Maafin aku tera,
Aku gak mungkin ninggalin ranis.
Tapi satu hal, aku selalu inget sama kamu.
                                                                                                         
                                                                                      Tertanda,
Aldo Rahardian

Aku tak menduga semua berakhir seperti ini. Air mata tak dapat ku tahan, mang didi berkali kali bertanya apakah keadaanku baik-baik saja.? namun tidak aku hiraukan. Hati ini menjadi lega meskipun memang tak indah akhirnya tapi ada jawaban atas pertanyaanku selama ini.
Rasa itu pernah ada untukku..














Tidak ada komentar:

Posting Komentar