Sabtu, 28 Mei 2011

cerpen tentang ibu

 
Kado terakhir untuk bunda
Yayuk Sulistiyani

Aku selalu dimanja oleh bunda, lantaran karna aku adalah anak tunggal.
Kepergian ayah membuat kami merasa lebih mandiri. Kami hanya tinggal bertiga bunda, aku, dan mba ijah..
Kini bunda hanya mencari nafkah sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupku dan kebutuhan sehari-hari. Bunda adalah seorang pekerja keras.
“pagi sayang..” sambut bunda saat aku menuju meja makan dan duduk didekatnya.
“pagi bun, bun.. hari ini aku pulang agak telat ya..”
“memangnya ada apa.?” Tanya bunda sambil memberiku sepiring nasi goreng buatannya.
“hari ini aku mau ke toko buku, ada novel edisi baru bun, dan itu limited. Boleh ya bun..” pintaku dengan sangat memohon.
“oke, nanti bunda suruh mang ujang yang mengantar..”

Jawaban bunda selalu saja begitu, sejak aku masuk sekolah sampai usiaku 17 tahun, masih saja antar jemput kemanapun dan kapanpun. Alasannya, karna bunda tidak ingin terjadi apa-apa denganku. Pernah aku menyangkal, namun bunda memberiku dua pilihan, mau diantar jemput atau tidak mendapatkan apa yang aku inginkan.
Jadi, mau tidak mau aku harus diantar jemput walau kadang memang sangat memalukan. Hanya saja demi mendapatkan barang yang aku inginkan.
Siang itu, sepulang sekolah aku menunggu kedatangan mang ujang supir bunda itu, namun kedatangannya tak kunjung datang. Aku hanya bisa duduk menatap ujung jalan sekolahku.
“gak pulang nay.?” Sapaan dinda teman sebangkuku.
“lagi nunggu dijemput nih..” jawabku dengan panik.
“masih aja dijemput.! Lo itu udah gede. hahaha”
“rese lo.. udah sana duluan aja.!” Aku mendorongnya dengan muka kesal.
“iya iya, hati-hati ya nayya sayang. Daaaaahh…”

Setelah lama menunggu, akhirnya mang ujang datang.
“kemana aja sih mang, lama bener. Liat tuh sekolah, udah sepi. Bete deh.!”
Aku menunjukkan kekesalanku terhadap mang ujang, dan setibanya di toko buku, aku lekas mencari buku yang ingin aku beli itu.
Dalam waktu sehari aku mampu untuk membaca novel itu dengan selesai. Lumayan tebal, dan waw..ceritanya sungguh menarik. Hingga aku terinspirasi dari novel tersebut, seorang gadis yang banyak kemaunnya seperti aku. Aku segera menghampiri bunda yang tengah menonton tv.
“bun.. bunda sayang kan sama aku.?” Aku mendekati bunda dan setengah memeluknya.
“pasti dong sayang, kok kamu tiba-tiba nanya gitu.? Ada apa.?” Tanya bunda dengan menatap serius.
“kalau bunda sayang, bolehkan awal bulan ini aku minta dibeliin hape baru.?”
“tapi kan hape nayya belum lama bunda beliin juga.!” Jawab bunda seakan akan tidak ingin mengabulkan.
“yaah, bun, udah ketinggalan nih, aku bosan. Ayo dong bun..” aku meminta dengan memaksa dan merengek kecil agar bunda tidak tega.
Tak lama kemudian bundapun menjawab. “ya..” begitulah bunda, selalu saja menuruti keinginanku.
Hape baru sudah ku dapatkan, dan begitulah seterusnya, aku selalu minta dibelikan barang apapun itu diawal bulan.
Malam hari setelah aku dan bunda selesai makan malam, bunda mengajakku untuk berbicara serius.
“nay, bunda akan di tugaskan ke malang dalam minggu-minggu ini.!”
“hah.?” Serius bun.?” Tanyaku tak percaya..
“bunda sudah berusaha menolak, tapi itu adalah kesempatan bunda untuk bisa menjadi pegawai terbaik.” Menurut kamu gimana nay.?”
“hmmp, nayya gak papa kok bun, bunda berangkat aja. Kan sayang bun, kalau gak dimanfaatin.” Jawabku dengan santai..
“kamu jaga diri baik-baik ya nay, bunda sayang banget sama nayya.” Bunda tersenyum.

Hati ini bersorak kegirangan. Karna itu adalah saat-saat yang aku tunggu, bebas dari aturan-aturan bunda, bebas dari antar-jemput, bebas untuk segalanya..horeeee..
Hari ini keberangkatan bunda, aku pergi kesekolah dengan biasa. Tapi, tanpa diantar mang ujang. Tak lagi ku diejek oleh teman. Pulang selalu telat, dan bermain sepuasnya bersama teman, dan aku sangat menikmati ini. Begitulah beberapa hari belakangan ini.
Tanggal 25 Agustus, adalah hari kelahiran bunda, aku teringat saat bangun pagi dan segera berangkat ke sekolah. Aku berniat membelikan sesuatu untuk bunda, dan aku akan berikan nanti malam ketika bunda sampai dirumah, karna pagi ini bunda terbang ke Jakarta.
Setelah usai pelajaran di sekolah, aku lekas pergi ke butik langganan bunda itu, aku melihat-lihat dan memilah-milih, tapi tak satupun ku dapatkan untuk bunda. Aku melamun sejenak, dan tertuju kearah gaun hitam itu. Entah mengapa aku jadi menyukainya, dan aku berniat membelinya sebagai hadiah untuk bunda.
sepanjang perjalanan pulang, aku hanya bisa terpaku oleh jalanan. Aku terfikir oleh bunda, rindu dengan dia. Aku merasakannya seperti tidak biasanya. Kali ini aku sangat sangat rindu dengan bunda. Aku terus berjalan, sampai rumahku terlihat.
Ramai.. dipenuhi dengan orang-orang disekitar rumahku.. bunda pulang.! Ya, bunda sudah sampai. Senangnya, banyak orang yang datang untuk menyambut bunda dan mungkin sekalian merayakan ulang tahun bunda..
Namun, kesenangan itu berakhir saat aku melihat beberapa karangan bunga, aku diam terpaku dan pandanganku hilang sekejap..
“bundaaaaaaaa………!!!!!!!!!”
Aku tak sadarkan diri, ketika terbangun, aku melihat ada mba ijah yang menemaniku, orang yang sangat berjasa dirumah. Mba ijah menceritakan kejadian pastinya, saat diperjalanan menuju rumah, taxi yang ditumpangi bunda dari airport itu mengalami kecelakaan, dan itu bertepatan disaat aku berada dibutik.
Aku menangis, aku seperti orang tak sadar,
Aku melihat bunda terbujur dengan ditutupi kain putih, bunda cantik, sangat cantik. Aku tak bisa berhenti menangis, menangisi kepergian bunda, kuciumi bunda, aku menyesal.! Sungguh sangat menyesal telah menjadi anak yang egois, tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk bunda. Bahkan ingin memberi sebuah hadiah untuknyapun tak bisa kuberikan. Gaun hitam itu adalah petanda, bahwa bunda akan meninggalkan aku untuk selamanya. Selamat jalan bunda.



Thank's for god..
terimakasih buat mama yang udah support aku selama ini.
dan buat orang yang pertama kali membanca serta memberi masukan,
hingga saya menjadi semangat sampai detik ini. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar